Satu lembar berisi lain kali, lagi.

— Blue Jeans by Gangga.

capellaraa
3 min readDec 22, 2020

--

“ Halo…Van? “

“ Hal-”

I miss you so badly.”

Jika sekarang kita adalah satu pasang yang menari-nari dalam cerita yang warna-warni, mungkin aku akan segera menghampiri dia tidak peduli hujan dan malam. Akan kuhadiahi dia kecupan pada pipi lalu dia terkikik geli sebab gemas karena perempuannya sedang berperilaku manis seperti permen gulali.

Sometimes I wish
That I could still call you mine

Memang benar, semua yang mengisi semesta akan habis pada masanya sendiri, akan ada yang tidak berlaku lagi. Dan sekarang aku merutuki hal itu hingga berujung tangisan pada jam dua pagi. Lalu tak lama tersenyum kecil karena ingat ceritanya tentang ibu peri yang akan datang jika aku sedih, ibu peri itu datang lewat sebuah panggilan darinya yang berisi kalimat-kalimat yang hanya aku yang boleh tahu. Namun kini tidak ada ibu peri, dia pergi dan aku menjadi sendiri di tengah malam yang sunyi.

Terkadang aku lupa jika aku dan dia hanyalah kegagalan dari cara kerja semesta. Jari-jariku masih belum terbiasa untuk tidak menghubunginya kala aku hanya ingin ditemani membeli alat tulis yang sudah habis. Begitupula langkah kakiku yang sering membawaku ke lapangan tempat dia berpeluh memperebutkan bola dan duduk di tempat yang kukira tidak akan terjangkau oleh pandangannya. Aku lupa dan aku sebenarnya ingin terus lupa.

Dulu kita pernah bertaruh, siapa yang paling cepat mengembalikan buku ke rak perpustakaan, maka akan mendapat hadiah tepukan bangga pada bahu. Anehnya dia yang selalu menang dan berujung mendapat tepukan bangga dariku lalu aku akan tenggelam didalam pelukannya. Jika bisa, aku mau selamanya bertaruh dengannya asal akan ada peluknya yang menghampiri.

Jika aku tahu jalan cerita yang sudah ditulis oleh semesta, aku akan tetap memilih dia, memilih lelaki yang tak ragu untuk memberikan payung saat hujan mampir ke bumi. Lelaki yang tak pernah mengeluh saat aku menjadi perempuan mengesalkan. Lelaki yang tak pernah bosan mengenggam tanganku setelah aku seharian menangisi hal-hal yang sering aku takuti padahal belum tentu terjadi. Aku akan tetap memilih dia, dan akan meminjam pena semesta untuk menulis cerita yang lebih panjang hingga kehabisan tinta.

Lain kali, aku tidak akan sungkan meminta waktunya untuk sekadar merapihkan rambutnya ataupun menatap lama tepat pada maniknya, merekam apa yang masih bisa aku rekam dan menyimpannya pada kotak rahasia dari langit jingga. Aku tidak akan lengah sewaktu dia merasa lelah dan butuh tempat untuk mengadu seperti bocah lima tahun yang sehabis jatuh dari sepeda. Aku akan mencintainya sehangat baju rajutan buatan Neneknya dan semanis kue natal buatan Ibunya. Aku berjanji dan aku mau.

Perihal kekhawatirannya tentang kebiasaanku yang terkadang tidak mencintaiku diri sendiri, aku sudah mendengarkan berpuluh-puluh pesan suara darinya yang selalu meyakinkan apa yang ada di tubuhku dan pakaian yang aku pakai akan selalu dan selalu terlihat cantik sehingga aku akan tersenyum menatap bayanganku sendiri di depan kaca. Dia akan selalu pantas untuk dipercaya.

The only way I could
Remember that you were once mine

Adalah caranya mencintaiku, tanpa terkecuali dan bertumbuh setiap waktu, yang tidak pernah habis, serta yang selalu bisa meyakinkan kalau hariku akan baik-baik saja. Sehebat itu.

“ And I. I miss you so so badly. Good night.”

His answer and then my tears suddenly came out again.

--

--

capellaraa
capellaraa

Written by capellaraa

0 Followers

i wrote about you 💌

No responses yet