capellaraa
2 min readFeb 6, 2021

“ Mau membawaku pergi kemana kali ini?”

“ Penasaran,ya?”

Aku menghela napas, merasa cukup jengkel sebab lelaki di kursi kemudi ini tidak pernah mau untuk memberi petunjuk dimana nanti kita berdua akan menghabiskan waktu. Tetapi aku selalu tahu, kemanapun itu ada cerita-cerita tentang dunianya yang belum aku tahu, dia berbagi dan aku bersedia menerima satu lagi kunci untuk membuka apa yang tersembunyi dari kotak ajaib miliknya— untukku ceritanya selalu menghadirkan kupu-kupu dan mau tak mau aku harus jatuh — jatuh hati maksudku.

Dia yang sedang duduk sambil mengemudi ini sedari tadi tidak melunturkan satu tarikan senyum dari sudut bibirnya. Harinya sedang cerah, suasana hatinya sedang gembira, aku senang mengetahuinya. Kemudian alunan musik dari radio mobilnya menjadi satu-satunya sumber suara ditengah keheningan kita berdua, lengang — namun suara debaranku tidak pernah mau diam barang sekali saja.

“ Ada cerita apa disini? Mau dengerin cerita kamu.”

Sampai, kita berdua sudah berada pada rooftop sebuah bangunan yang pastinya tidak kuketahui apa nama gedungnya. Disini cantik, dekat dengan langit.

“ Kata Ibu, kalau tiba-tiba aku ngerasa kangen sama ayah, Ibu nyuruh aku kesini. Ke tempat yang deket sama langit, karena ayah udah ada di langit. Makannya aku ajak kamu kesini, biar kamu tau kalau seseorang yang udah nggak ada itu nggak harus dibuat sedih ceritanya. Aku mau nginget ayah dengan cara yang sama seperti ayah memandangku. Waktu aku masih kecil, ayah suka nyamar jadi pesawat, terus aku diangkat sama kedua tangannya seolah-olah aku bisa terbang. Langit, sayangnya ayah ke aku itu seperti langit, luas.”

Satu lagi cerita tentang sudut pandangnya pada orang terkasihnya. Dia selalu khas dengan caranya yang mencintai dengan indah. Padahal, jika dia ingin menjadi salah satu manusia yang membenci semesta, mungkin semesta akan menerimanya dengan lapang dada. Akan tetapi, dia memutuskan untuk menerima dan mensyukuri apa saja yang menjadi jalan ceritanya. Dia menerima dengan takaran seribu dan mensyukuri dengan takaran dua puluh ribu — mungkin akan bertambah seiring waktu . Dia — lelakiku ini, pantas untuk dicintai, oleh seisi dunia; ilalang pasti ingin menjadikannya raja untuk luas padangnya.

Cho Seungyoun, ayahmu pasti sedang melukis dengan kuas semesta di atas sana, agar langit milik putranya tidak melulu berwarna abu-abu. Ayahmu sedang tersenyum lebar mengetahui putranya tumbuh menjadi puisi yang indah untuk dibaca berulang-ulang dimanapun tempatnya.

Dan yang paling penting adalah fakta bahwa kamu akan selalu memiliki banyak persediaan hangatnya cinta dari Ibundamu, Ayahmu, teman-temanmu, dan aku. Aku paling susah untuk mengucap janji, namun jika menyangkut tentang kamu, janji untuk selalu menemani adalah yang paling sering kutali lalu kugantung pada angkasa. Agar janjiku abadi, meskipun kehujanan maupun kepanasan, janjiku akan tetap tergantung kuat dan rapi seiring rapalan doaku yang tidak jauh-jauh dari keinginan bahagia untuk kamu dan jalan cerita di setiap hela napas milikmu.

capellaraa
capellaraa

Written by capellaraa

0 Followers

i wrote about you 💌

No responses yet