Rumah dan cahaya lampu jingga, untukmu.
Pulang. Satu kata yang sedang kamu cari apa maknanya. Seringkali saat matamu terpejam, tak kutemukan raut tenang. Aku luluh namun apakah cukup rasaku untuk memberimu satu bangunan untuk berteduh?
Aku sering bertanya, kenapa dahimu berkerut tetapi masih sanggup untuk tetap waras walaupun jarang menyahut. Mataku mengabut tak henti mengucap doa agar mendung tidak datang pada harimu yang terang benderang sebab jika mendung datang maka pulang adalah yang kamu rindukan.
Evan, kamu bisa pulang jika kamu punya rumah. Akan tetapi, rumah sekarang jarang memberi senyatanya kenyamanan. Terkadang ada saja atap yang bocor ataupun pintu yang berdecit tanda tua ditelan zaman. Oleh karena itu, Evan, jadikan rambut hitammu sebagai atap, kedua mata berisi bintang untuk menjadi lampu kamar, dan kedua tangan kuatmu untuk menjadi tangga menuju lantai kedua yang menjadi tempat kamu menatap luas langit yang dilukis oleh Yang Maha Besar. Sehingga kamu temukan kata pulang pada dirimu sendiri dan kamu tidak akan mengenal kata sepi lagi.
Evan, apabila rumah berbentuk manusia, takkan kamu temui rumah dalam diriku. Seringkali aku kebingungan jika kamu meminta bersandar sebentar karena aku belum cukup untuk menjadi satu kursi empuk yang membantumu merasakan hangat peluk. Itu sebabnya, aku percayakan kepadamu untuk menjadi rumah yang nyala lampunya seperti warna langit jingga. Untuk dirimu sendiri, lebih dahulu.
“ Aku udah punya tempat pulang.”
“ Dimana?”
“ Di aku. Kamu boleh numpang, tapi bayar pake cerita kamu hari ini ngapain aja.” Sontak aku percaya rengkuhanmu adalah rumah berwarna oranye hadiah dari semesta yang tidak ragu untuk kuhuni jika kamu memintanya.
Agar aku berakhir tertidur pulas dan kamu tersenyum menyadari sepi tidak lagi mengunjungi dirimu sendiri. Akan aku ceritakan segala bentuk dongeng fiksi agar langit-langit rumahmu punya dekorasi yang bisa kamu baca tiap lelah menghampiri. Sampai rumahmu berisi kehangatan yang melimpah dan suara ombak setiap kamu membuka mata di pagi hari.
Evan, sampai kamu paham bahwa dirimu sendiri adalah sejatinya tempat yang paling tepat untuk mengadu akan dunia yang jahat. Sampai kamu paham bahwa dirimu sendiri cukup untuk menampung segala takut. Takutmu akan padam dan tersiram ombak lautan.
Evan, bintang dan bulan akan bisa kamu pandang dari lantai duamu, akan kutemani kamu agar tidak kedinginan. Hingga rumah menjadi perwujudan dari segala kuat dan tangguhmu. Jatuhmu dan lukamu akan menemui sembuh, percaya itu.